TEMANPULANG.COM – Kejadian ini bisa dibilang sudah berlangsung cukup lama. Saat itu ada salah seorang teman yang sedang tertarik di dunia MLM. Karena tahu saya kuliah dari jurusan ekonomi, terjadilah perbincangan yang cukup seru. Meski ilmu itu tidak dipelajari secara khusus dalam mata kuliah, berbekal sedikit pengalaman, saya coba menjelaskan secara objektif, berharap endingnya dia bisa menentukan arah sesuai apa yang ia yakini.
“Menurut kamu bagaimana sih MLM itu??” Pertanyaan tersebut membuka diskusi kami saat itu. Karena terbiasa menjelaskan berdasarkan dengan terminologi dan etimologi, hal yang sama yang saya lakukan saat perbincangan tadi. Ya kalo secara secara singkat, MLM atau multy level marketing itu sistem penjualan yang dilakukan secara berjenjang.. kemudian selanjutnya muncul istilah upline sama downline.. Kalo pendapat mengenai bagus apa tidaknya sih, mungkin beberapa penjelasan ini bisa dijadikan alasan..
“Menurutku MLM merupakan salah satu ‘sekolah’ yang baik dalam mengajarkan bisnis. Kenapa? Karena di sana kita diajarkan mengenai bagaimana kita menjual produk (sesuai dengan jenisnya). Yang obat-obatan ya menjual obat, yang kosmetik ya menjual kosmetik, yang pulsa ya menjual pulsa. Ini tujuan utama yang sering sekali salah dipahami kebanyakan orang, sehingga citra atau nama MLM menjadi buruk.”
“Maksudnya gimana itu vant?”.
“Yaa yang sering aku jumpai di market place, banyak sekali orang yang sensi, bahkan anti ketika mendengar nama MLM, dan setelah saya analisa, sebagian besar dari mereka memandang seperti itu karena (1) menjalankan, tapi setengah-setengah dalam memahami (2) mendapatkan penjelasan atau testimoni dari orang-orang yang gagal pernah ngelakoninya (3) ngga ngikut golongan pertama sama golongan kedua. Dia bikin aliran sendiri, ngasal ngikut apa yang dilakuin sama orang disekitarnya. Alasan ini lebih serem karena ngga tahu sama sekali tapi kalo bagian nge-bully paling demen.”
“Tapi MLM kan bisnis nyari orang vant? gimana tuh?”
“Oke, aku jawab ini dengan bertanya balik sama ente,. Kira-kira bisnis apa yang ngga cari orang?? Ada ngga?? kamu jual gorengan yang dicari ya orang. Kamu jualan baju, ya yang dicari orang. Kamu jualan daging, ya yang dicari orang.. masa iya kamu mau cari demit buat ngebeli barang dagangan kamu? fix?? Sekali lagi, pemikiran itu muncul karena oknum yang pernah menjalankan bisnis tersebut. Mereka gagal karena lupa dengan tujuan dari adanya sistem tersebut. Sebetulnya simpel koq, kita ada produk, untuk selanjutnya kita jual.. nah adanya sistem level, itu bertujuan supaya bisa tergabung dalam membernya, mendapatkan harga barang yang lebih murah untuk dijual kembali. Nah kalo bisa ngajak orang buat jadi member, dia bakal dapet reward, atau penghargaan. Ya gimana ngga dapet, lah wong semakin banyak member, barang yang ada di ‘gudang’ semakin cepat laku terjual.. simple right? Konsepnya sama kaya kamu jadi reseller suatu produk, bedanya ya kalo kamu sudah jadi reseller, terus ada teman kamu yang minat buat ikutan ngejual,.trus kamu arahin ke supplier utama, kalo ngga dia ambil barang dagangan dari kamu. Kamu ngga dapet apa-apa dari supplier utama.. kira-kira enakan mana dapet ucapan terima kasih (reward) atau ngga, setelah ngebantu perusahaan/ supplier kamu? Hehe. Nah reward itu di informasikan didepan, supaya para member lebih semangat, bertujuan buat ngejual lebih banyak produknya lewat ngajakin orang buat ikutan gabung tadi,. Sah-sah saja dong,. asal inget,. Bahwa tujuan utama tetap, ngejual barang dagangan dari perusahaan tadi. Fix?”
Sekarang masalah selanjutnya mengenai barang dagangan yang dijual, “itu susah vant buat dijual”.
“Simpel kok., sekarang sudah lebih beragam jenis produk yang dijual dari MLM., nah tinggal pilih deh itu mana yang sekiranya mudah dijual. Lebih enak lagi kalo barang tersebut menjadi kebutuhan. Kita ngga perlu susah-susah kesana kemari,. Cukup inform kalau saya sedia barang x pembeli akan datang dengan sendirinya.”