Ada sebuah pernyataan seorang netizen yang sempat ramai di medsos mengenai ungkapan yang menganggap jika “semakin tinggi pendidikan seorang perempuan, maka semakin sulit untuk diatur” benarkah begitu?
Mengenai tanggapan tersebut, saya sependapat dengan argumen Cania dalam sebuah unggahan video yang ia unggah di akun instagramnya.
Begini. Ada beberapa kesalahpahaman logika dari argumen tersebut. Pertama mengenai kata pendidikan, seharusnya diganti menjadi kecerdasan. Kedua, kata perempuan seharusnya diganti menjadi ‘orang’, karena tidak berlaku untuk perempuan saja, melainkan untuk semua gender. Ketiga, kalimat seharusnya bukan ‘semakin cerdas semakin sulit diatur, melainkan ‘semakin cerdas seseorang, maka semakin tinggi ambang batas (standar) kualitas aturan yang bisa dia anggap untuk bisa diikuti‘.
Kenapa?
Orang cerdas tidak bisa mengikuti suatu aturan tanpa PENALARAN yang jelas. Jadi jika suatu aturan bersifat logis, sesuai fakta, dan jelas manfaatnya, orang cerdas justru cenderung akan setuju dengan aturan tersebut dan bahkan akan menerapkannya dengan baik.
Misal, dalam sebuah hubungan antara laki-laki dan perempuan, si laki-laki melarang ceweknya untuk menguncir rambutnya. Saat si perempuan bertanya kenapa, tidak ada penjelasan apa-apa. Maka ada penalaran yang terputus dari argumen tersebut.
Atau, contoh lain misalnya. Saat ada aturan yang dibuat oleh pemerintah untuk masyarakat, tetapi aturan tersebut absurd, tidak sesuai fakta, atau malah bahkan tidak bermanfaat, maka masyarakat cenderung malas mengikuti aturan tersebut.
Begitu juga aturan-aturan lain baik di rumah tangga, sekolah, tempat kerja, yang tidak jelas penalaran logikanya.
Misal ada sebuah aturan. Jika kamu memiliki sampah basah, segera keluarkan dari ruangan. Sebab jika dibiarkan maka akan membusuk, dan jika membusuk maka menimbulkan bau tak sedap. Ini jelas nalarnya.
Coba bandingkan dengan aturan, larangan memotong kuku saat malam hari. Selesai sampai di situ, dan tanpa penjelasan apa pun setelahnya. Orang cerdas, justru akan mempertanyakan alasannya. Bukan karena tidak patuh pada aturan tersebut, melainkan menolak karena tidak nalar dalam logikanya. Banyak pertanyaan yang harus dijawab agar sampai pada penalaran yang sesuai.
Artinya, jika sebuah aturan atau argumen yang jelas penalarannya, orang cerdas justru lebih mudah menangkap dan menerimanya.
Jadi, argumen yang lebih tepat adalah:
“Semakin tinggi kecerdasan seseorang, maka semakin tinggi standar kualitas aturan yang dia anggap untuk bisa diikuti. bukan tidak menurut, atau susah untuk diatur“.